Sekilas Riwayat Masjid Jami' Baitul Haq

Di salah satu sudut dusun Gebangkuning sebuah langgat (tajug = mushola) baru saja didirikan oleh seorang ulama. Padahal di lingkungan dusun tersebut ketika itu masih amat jarang orang yang melakukan sholat, walaupun mereka tetap mengaku sebagai orang islam. Bangunan langgar masih sederhana tetapi aktiitas keagamaan telah berlangsung secara intens dibawah bimbingan sang ulama Kyai San Ngabdulah *1, Beliau kemudian diminta untuk menjadi imam secara tetap pada mushola yang dimaksud. Selang beberapa waktu kemudian sebuah cobaan datang di dalam mushola, ditemukan kotoran manusia yang diduga kuat memang dilakukan secara sengaja oleh orang yang benci dengan aktivitas keagamaan yang semakin meningkat. Kemudian dalam waktu yang tidak terlalu lama mushola tersebut dipakai untuk gantungdiri oleh orang yang tak dikenal (bisa jadi orang sudah mati digantung di mushola tersebut).

Segera setelah kejadian itu 3 orang tokoh masyarakat dusun Gebangkuning berembug untuk mengangkat segala bentuk gangguan serta meningkatkan status mushola menjadi masjid. Ketiga tokoh dimaksud adalah: Kyai San Ngabdulah, Kaji Kasan *2 dan Wiryadrana *3. Ketiganya sepakat untuk membagun masjid dan upaya pertama yang dilakukan adalah dengan mengajak seluruh masyarakat bersatu. Mereka bertiga menghimbau agar keluarga yang diberi kelapangan rizqi dan kelapangan hati untuk bersedia menginfaqkan dan mewaqafkan sebagian hartanya.

Dipelopori oleh Kyai San Ngabdulah yang memberikan sebagian tanahnya untuk waqaf membangun masjid, seorang penduduk yang tidak mau jatidirinya mewaqafkan sebuah rumah joglo untuk dibangun sebagai lokasi bangunan masjid, inilah bangunan yang pertama kali disebut sebagai masjid yang pada kemudian hari dikenal berjulukan MASJID JAMI' BAITUL HAQ diprakarsai Kyai San Ngabdulah didaulati sebagai Imam Masjid.

Ketika Kyai San Ngabdulah mulai uzur, kedudukan Imam Masjid diserahkan kepada salah satu putranya yakni Ali Masyhud. Tetapi kemudian Ali Masyhud menolaknya, akhirnya Imam Masjid diserahkan kepada menantunya yang bernama Kyai Kusen. Selang waktu kemudian Kyai Kusen dan keluarganya pindah ke Bendagede. Imam Masjid kemudian dipegang oleh H. Afandi (putra kaji kasan).

Pada masa H. Afandi imam masjid dengan dukungan penuh H. Ridwan Rs (cucu samping Wiryadrana) kehidupan Syi'ar islam mengalami perkembangan yang amat pesat. Sebagian besar penduduk Gebangkuning sudah mau melaksanakan sholat secara istiqomah. Hingga kini nama H. Ridwan dan H. Afandi diabadikan sebagai nama jalan didusun Gebangkuning.

Sepeninggal H. Afandi imam masjid dijabat oleh Kyai Masrur (cucu Kyai San Ngabdulah). Segala hal yang berkaitan dengan akomodasi masjid dan kemasyarakatan diurusi oleh H. Ridwan Rs. yang kemudian diserahkan kepada adik iparnya yaitu H. Asy'ari *4.

Pada masa ini telah sangat dirasakan kebutuhan lembaga pendidikan untuk menopang kegiatan keagamaan di masjid yang telah ada, sekaligus untuk mencetak kader santri yang menjaga masjid dan tokoh masyarakat dikemudian hari. Beberapa pemuda dusun Gebangkuning sadar akan kondisi tersebut, kemudian mendirikan Madrasah Ibtidaiyah dan Islamiyah (MII Gebangkuning), Beberapa pemuda yang sadar akan tanggung jawab itu tercatat antara lain: M. Adnan, Imam Tolabi, Abu Mansur, Ahmad Zaenudin, Ali Imron, Bahaji, dan Lainnya.

Pada saat M. Adnan memegang akomodasi masjid dan kemasyarakatan dilakuka perluasan masjid dengan melibatkan tokoh-tokoh muda antara lain: Imam Tolabi, Ali Burhan, Ali Muhtarom, Ahmad Zaenudin, Abu Mansur dan Dulah Mukti. Upacara pemancangan sokoguru masjid menghadirkan beberapa ulama sepuh yang antaralain: KH. Toha Murtadlo, Kyai Marijan, Kyai Tohar. Ada hal yang unik, ketika prosesi pemancangan sokoguru tersebut dengan istilah Adzan Kembar Empat (satu orang tiap sokoguru) adapun Muadzin dipilih dari desa-desa sekitarnya yaitu Kyai Ahmad Zamzam, Kyai Abdul Rozak dan dua orang lainnya (belum diketahui namanya).

Setelah Kyai Masrur wafat, Imam Masjid digantikan oleh Kyai Khamdi (cucu Kyai San Ngabdulah/menantu H. Ridwan). Kemudian pada saat itu H. Asy'ari mengundurkan diri dan digantikan oleh M. Adnan. Dan Saat itulah dimulainya pergantian Imam Masjid dari Kyai Khamdi secara Berturut-turut adalah : Kyai Ali burhan (putra H. Afandi), Kyai Abu Mansur (cucu Wiryadrana), KH. Ahmad Zaenudin (putra H. Ridwan) dan Kyai Ali Muhtarom.

Sekarang pengelolaan masjid telah mulai mengadopsi manajemen modern, yakni dengan dibentuknya kepengurusan masjid seperti Takmir Masjid dan Remaja Masjid dengan aneka ragam tugas yang merata sesuai dengan kedudukan dan keahlian masing-masing.

Keterangan Tokoh:
*1) San Ngabdulah adalah buyut Slamet Machasin dan Kerabat
*2) Kaji Kasan adalah buyut Ahmad Fathul Amam dan Kerabat
*3) Wiryadrana adalah buyut Abdul Hamid Mansyur dan Kerabat
*4) H. Asy'ari adalah kakek Taufiq Rohman dan Kerabat

Diriwayatkan oleh: Sugeng Abdullah AZ dari obrolan santai H. Adnan (tokoh Masyarakat) dan berbagai sumber, pada hari Sabtu, 29 November 2003

Disunting oleh: Ahmad Fauzan Ibnu Zaend pada hari Sabtu, 28 Desember 2013
Share: